RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Sekolah : SMA Negeri 1 New Zealand
Mata pelajaran : Sosiologi
Kelas/Semester : X/2
Materi
Pokok : Konsep Dasar Sosiologi Mengenai Gejala Sosial
Alokasi Waktu : 3 x 45 menit (3 JP)
A. Kompetensi Inti
KI-1 dan KI-2; Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang
dianutnya dengan senantiasa berupaya untuk mengembangkan sikap jujur, disiplin,
santun, peduli, bertanggungjawab, responsif, dan proaktif dalam menyikapi agam
gejala sosial yang terjadi sehingga dapat berinteraksi positif dalam lingkungan sosialnya.
KI 3
|
Memahami, menerapkan, serta menganalisis
pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural berdasarkan rasa ingin
tahunya mengenai ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora
dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah
|
KI 4
|
Menunjukkan keterampilan mengolah, menalar, dan
menyaji secara efektif, kreatif, produktif, kritis, mandiri, kolaboratif,
komunikatif, dan solutif, dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan
mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan
|
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian
Kompetensi
KOMPETENSI
DASAR DARI KI 3
|
KOMPETENSI
DASAR DARI KI 4
|
3.3 Menerapkan konsep-konsep dasar Sosiologi
untuk memahami ragam gejala sosial
di
masyarakat.
|
4.3 Mengaitkan
realitas
sosial dengan menggunakan konsep-konsep dasar Sosiologi
untuk mengenali
berbagai
gejala sosial
di masyarakat.
|
Indikator Pencapaian Kompetensi
|
Indikator Pencapaian Kompetensi
|
3.3.1 Menjelaskan
konsep yang tepat dengan sudut pandang sosiologi tentang peristiwa sosial,
gejala atau fenomena sosial, realitas sosial, dan fakta sosial
3.3.2 Membedakan
antara realitas sosial objektif dengan realitas subjektif
3.3.3 Membedakan
aspek-aspek ragam gejala sosial di masyarakat
|
4.3.1 Mengumpulkan
informasi tentang konsep yang tepat dengan sudut pandang sosiologi tentang
peristiwa sosial, gejala atau fenomena sosial, realitas sosial, dan fakta
sosial
4.3.2 Melaksanakan
konsep realitas sosial objektif dan subjektif pada peristiwa sosial yang
secara kontekstual dan aktual terjadi dalam masyarakat
4.3.3 Menganalisis
macam-macam aspek gejala sosial
|
Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)
|
Berfikir kritis dan pemecahan masalah,
kreatif, kolaboratif dan komunikatif
|
C. Tujuan Pembelajaran
Melalui
kegiatan pembelajaran saintifik dengan cara menggali
informasi dari berbagai sumber belajar, mengamati
lingkungan, diskusi kelompok, diskusi kelas, dengan antusias, rasa ingin tahu, disiplin, dan penuh
tanggung jawab, peserta didik mampu menerapkan konsep sosiologi dan mengenali peristiwa,
gejala/fenomena, realitas sosial, dan fakta sosial yang ada dan terjadi dalam
masyarakat sehingga dapat berpartisipasi dalam
menciptakan keteraturan sosial
D. Materi Pembelajaran
1.
Konsep dasar sosiologi tentang
ragam gejala sosial dalam masyarakat yang meliputi: peristiwa sosial, gejala
sosial/fenomena sosial, realitas sosial, dan fakta sosial
2.
Realitas sosial objektif
dan subjektif
3.
Mengenali gegala/fenomena
sosial yang terjadi dalam masyarakat yang mengarah pada keteraturan sosial dan
ketidakteraturan sosial
4.
Menganalisis aspek-aspek
ragam gejala sosial di masyarakat
E. Metode Pembelajaran
Pendekatan : Saintifik
Model : Cooperative Learning
Metode : Tanya jawab, Dikusi kelompok, Penugasan, Presentasi
Kelompok
F. Media Pembelajaran
·
Media/alat : LCD/
gambar/foto
G. Sumber Belajar
a. Buku Siswa
Matapelajaran Sosiologi kelas X Kurikulum 2013
b. M. Djacky, Dr. 2015. Sosiologi: Konsep, Teori, dan Metode.
Surabaya: Mitra Wacana Media.
c. Sumber lain yang relevan
H. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan ke-1 (3 X 45 menit)
|
Langkah-langkah
|
Kegiatan
|
Aktivitas
4
C, pembelajaran HOTS, dan Penguatan Karakter
|
Alokasi Waktu
|
|||
1
|
Kegiatan
Awal
|
|
|
10
menit
|
|||
|
|
1. Memberi salam;
2. Mengkondisikan suasana belajar yang
menyenangkan;
3. Mengajak siswa mengingat kembali
pembahasan tentang individu, kelompok, dan hubungan sosial yang dipelajari di semester satu
4. Menghubungkan
materi pelajaran yang telah dilalui dan peristiwa sehari-hari dengan materi
yang akan dipelajari
5. Menyampaikan kompetensi yang akan
dicapai dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari
6. Menyampaikan
garis besar cakupan/ruang lingkup materi dalam satu KD yang akan dipelajari;
7. Menyampaikan
metode pembelajaran dan teknik penilaian yang akan
digunakan
|
Komunikasi
Menggali informasi dari peserta didik tentang materi
yang telah dibahas pada
pertemuan sebelumnya.
Memberikan gambaran agar Peserta didik
konsentrasi dengan alur pembelajaran pada materi negosiasi
|
|
|||
2
|
Kegiatan
Inti
|
1. Guru
menyampaikan peta konsep keluruhan materi pada KD 3.3/4.3 tentang Ragam Gejala
Sosial
2. Guru
meminta peserta didik menyiapkan buku sumber dan alamat web yang dapat
diakses
3. Peserta
didik mengamati gambar gejala sosial yang di tayangkan oleh guru melalui power point.
4. Peserta
didik diberi kesempatan memberikan pendapat tentang tayangan di powerpoint.
5. Guru
menanggapi pendapat dan jawaban siswa tentang tayangan power point tentang
pengertian gejala sosial dan fenomena sosial serta memberikan
hipotesa/jawaban sementara untuk di buktikan siswa.
6. Peserta
didik dibagi menjadi 6 kelompok dengan anggota 5/6 siswa.
7. Peserta
didik secara berkelompok mengamati gambar yg di tayangkan di power point dan
melihat Lembar Kerja Peserta Didik yang di bagikan kepada kelompok.
8. Guru
memberikan waktu kelompok untuk mendiskusikannya.
9. Peserta
didik berdiskusi menggali informasi tentang pengertian gejala sosial,
realitas sosial dan fenomena sosial serta aspek-aspek yang dikaji dalam ragam
gejala sosial
10. Guru
menunjuk satu kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya,
peserta didik/kelompok lainnya menyimak, memberi masukan/bertanya secara
sopan dan pilihan kata yang tepat
11. Guru
mengakhiri diskusi kelas dengan meminta peserta didik memberikan applaus sebagai
penghargaan
|
Berfikir Kritis
Kreatif
Kolaborasi
Peserta didik melakukan pengamatan gambar contoh gejala sosial dan
fenomena sosial, Peserta
didik diminta mengamati
gambar tersebut
Peserta didik berfikir secara kritis
tentang contoh gejala
yang ditayangkan
Peserta didik
memberikan tanggapan terhadap gambar tersebut
Kreatif
Kolaborasi
|
110
menit
|
|||
3
|
Penutup
|
1. Memfasilitasi dalam menemukan
kesimpulan tentang konsep gejala sosial, perbedaan gejala dan fenomena sosial
serta aspek-aspek dalam gejala sosial.
2. Guru mengajukan beberapa
pertanyaan untuk penilaian proses,
a.
Peristiwa sosial yang seperti apakah yang dapat disebut sebagai gejala
sosial?
b.
Berikan contoh gejala sosial yang terjadi di masyarakat sekitar kita!
c. Jelaskan apa yang membedakan antara
realitas sosial subjektif dengan objektif!
d.
Berikan contoh gejala sosial dalam beberapa aspek kehidupan!
3. Mengingatkan peserta didik
bahwa analisis diskusi kelompok untuk dibuatkan laporannya.
4. Menginformasikan pembelajaran
di pertemuan yang akan datang, dan menutup pelajaran dengan salam
|
Berfikir
kritis
Komunikasi
Kolaborasi
|
15 menit
|
|||
|
|
|
|
|
I. Penilaian Hasil Belajar
a.
Teknik Penilaian:
1.
Penilaian Sikap : Pengamatan
2.
Penilaian Pengetahuan :
Tes Tertulis
3.
Penilaian Keterampilan :
praktek kerja menggunakan rubrik
b.
Bentuk
Penilaian :
1.
Observasi : lembar pengamatan aktivitas
peserta
didik
2.
Tes tertulis : Piligan
Ganda Tertulis
3.
Unjuk kerja : rubrik penilian penugasan
4.
Penugasan : lembar
kerja
c.
Instrumen
Penilaian (terlampir)
d.
Remedial
-
Pembelajaran remedial dilakukan bagi
peserta didik yang belum mencapai KKM pada Kompetensi Dasar yang ditentukan
-
Tahapan pembelajaran remedial
dilaksanakan melalui remedial teaching (klasikal),
atau tutor sebaya, atau tugas lain, dan diakhiri dengan tes.
-
Tes remedial, dilakukan sebanyak 2
kali dan jika masih belum mencapai ketuntasan, maka remedial dilakukan dalam
bentuk tugas tanpa tes tertulis kembali.
Auckqland, Juli 2017
Mengetahui
Kepala SMA Negeri
1 New Zealand Guru Mata
Pelajaran,
MR.
ROBERT ROSANDY,M.M. Jerry Puspitasari, S.Pd
NIP 19930520 199303 1 013 NIP 19870416 201001 2 026
Lampiran
1
RPP
Konsep Dasar Sosiologi tentang Gejala Sosial
Rincian
Materi Pembelajaran
Peta Konsep
Materi
1. Pendahuluan
Gejala sosial
menjadi perhatian sosiologi, sebagaimana definisi sosiologi menurut Pitirim A.
Sorokin bahwa sosiologi merupakan suatu ilmu yang
mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala
sosial. Misalnya antara gejala ekonomi dengan agama, keluarga dengan moral,
hukum dengan ekonomi, dan gerak masyarakat (social
movement) dengan politik, juga hubungan dan pengaruh timbal balik antara
gejala sosial dengan gejala-gejala non-sosial.
Peristiswa
sosial, fenomena/gejala sosial, realitas sosial, fakta sosial, struktur sosial
merupakan konsep-konsep dasar Sosiologi yang penting. Konsep-konsep tersebut
merupakan hasild dari adanya tindakan atau perilaku sosial dan interaksi sosial
di antara para warga masyarakat.
Konsep-konsep
tersebut seolah-olah mudah dipahami. Namun, karena dalam kehidupan sehari-hari
makna atau artinya sering dipertukarkan satu dengan lainnya, dalam memahami
konsep-konsep tersebut terkadang rumit dan sering menimbulkan salah konsep (mis-consept).
Dr. M. Jacky
– seorang pengajar di program studi Sosiologi Universitas Negeri Surabaya --
dalam bukunya yang berjudul “Sosiologi: Konsep, Teori, dan Metode” (2015:
31-36) memberikan informasi yang relatif jelas tentang hal-hal tersebut.
Berikut ini beberapa kutipan tentang hal yang dimaksud.
a.
Peristiwa Sosial
Peristiwa
adalah kejadian-kejadian yang dialami oleh individu atau kelompok dalam
kehidupan sehari-hari. Misalnya pedagang berjualan di trotoar jalan, orang
meminta-minta di jalanan dekat lampu APILL (Alat Pemberi Instruksi
Lalu-Lintas), polisi menertibkan pengguna jalan, guru mengajarkan ilmu kepada
para siswanya, murid berdiskusi dengan guru, sekelompok orang menuntut kenaikan
gaji, pemeluk agama berdoa atau menjalankan ritus agama di tempat ibadah,
sekelompok orang membakar gedung balai kota, sejumlah besar orang melakukan
aksi damai menuntut diperlakukannya proses hukum terhadap seseorang yang
diindikasikan melakukan penistaan ajaran agama tertentu, sekelompok suporter
tim sepakbola melakukan penghadangan terhadap perjalanan suporter tim lain, dan
sebagainya.
Peristiwa
merupakan kejadian tanpa penafsiran. Sekelompok orang membakar kantor polisi
merupakan peristiwa, karena merupakan kejadian tanpa penafsiran. Namun, apabila
menjadi “Massa anti-pemerintah melakukan aksi anarkhis meluluhlantakkan simbol
kekuasaan” hal tersebut bukan lagi peristiwa sosial, melainkan menjadi realitas
sosial, karena terdapat penafsiran. Kata “massa anti-pemerintah” yang
menggantikan “sekelompok orang” penuh dengan penafsiran. Demikian juga kata
“aksi anarkhis” yang menggantikan “membakar”, “simbol kekuasaan” yang
menggantikan”kantor polisi”.
b.
Gejala Sosial dan Fenomena Sosial
Gejala sosial
merupakan peristiwa-peristiwa, kejadian-kejadian, perilaku/tindakan sosial,
interaksi sosial yang memiliki keajegan atau pola tertentu sehingga dapat
menjadi tanda-tanda adanya fenomena sosial tertentu. Peristiwa atau kejadian
dikatakan ajeg apabila terjadi secara berulang-ulang dalam kehidupan
sehari-hari. Apabila peristiwa atau kejadian itu hanya terjadi sekali, maka
tidak dapat disebut gejala sosial, tetapi disebut sebagai kasus.
Dalam konteks
inilah maka Sosiologi memiliki ciri sebagai ilmu yang bersifat umum, bahwa yang
dipelajari adalah peristiwa-peristiwa dalam masyarakat yang terjadi dengan
frekuensi besar karena terjadi berulang-ulang.
Korupsi
merupakan fenomena sosial yang keberadaannya ditandai oleh munculnya
gejala-gejala sosial, misalnya berulangnya peristiwa mark up harga, pemotongan
upah atau gaji pegawai, memanupulasi pembukuan, dan sebagainya.
Demikian juga
peristiwa orangtua membelajarkan anak-anaknya tentang nilai-nilai dan cara-cara
hidup yang umum berlaku dalam masyarakat di mana ia tinggal yang disebut dengan
proses sosialisasi. Bagaimana orangtua mengajarkan nilai-nilai dan cara-cara
hidup kepada anak-anaknya merupakan peristiwa yang berpola dan berulang.
Sebagian besar keluarga melakukan pendidikan terhadap anak-anaknya, mulai dari
pendidikan dalam keluarga, disertakan dalam play group, taman kanak-kanak,
sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, dan akhirnya
perguruan tinggi. Walaupun sekarang ini beberapa keluarga memberikan pendidikan
kepada anaknya tidak lagi melalui sekolah melainkan home schooling, tetapi hal
ini berlum menjadi gejala yang umum.
Contoh lain
tentang fenomena atau gejala sosial adalah: terorisme, kekerasan, kemiskinan,
berbagai macam perilaku menyimpang, anti-sosial, atau kejahatan, termasuk
adanya pengendalian sosial, yaitu tindakan oleh masyarakat atau negara untuk
mencegah, menghindari, meredakan adanya pertentangan di antara para warga
masyarakat, atau upaya menciptakan
sistem norma dengan harapan terhindar dari kekerasan, kejahatan, main hakim sendiri, konflik, dan sebagainya.
c.
Realitas Sosial
Realitas
sosial (sosial reality) atau kenyataan
sosial, secara awam sering dipahami sebagai peristiwa atau kejadian. Namun,
sosiologi memiliki pemaknaan sendiri, yaitu hasil penafsiran atau konstruksi
sosial atas peristiwa yang dilakukan secara subjektif (oleh individu) atau
kolektif (oleh masyarakat). Realitas sosial terdapat dalam pemikiran,
pengalaman, dan hasil pemaknaan (meaning)
individu atau kelompok terhadap peristiwa, kejadian, atau fenomena sosial dalam
kehidupan sehari-hari.
No
|
Peristiwa Sosial
|
Realitas Sosial
|
1.
|
Sekelompok orang berkumpul di halaman balai kota dan
silih berganti berorasi menyampaikan pendapat
|
Massa penentang wali kota melakukan aksi protes di
halaman balai kota menuntut dicabutnya sebuah keputusan
|
2
|
Dua kelompok saling baku hantam karena memperebutkan
tempat ibadah
|
Dua kelompok yang saling bermusuhan saling melakukan
tindakan anarkhis memperjuangkan haknya menggunakan tempat ibadah
|
3
|
Sekelompok pelajar dalam perjalanan pulang dari
rekreasi dihadang oleh kelompok pelajar lain sehingga terjadi perkelahian dan
menimbulkan korban jiwa
|
Telah terjadi tawuran massal sekelompok pelajar
berandalan yang menimbulkan korban jiwa
|
4
|
…
|
…
|
Karakteristik
realitas sosial adalah bersifat imaginer, merupakan hasil konstruksi atau
interpretasi individu dan masyarakat terhadap peristiwa sosial tertentu,
dibangun atas dasar pengalaman sosial sehari-hari individu atau kelompok.
Sebutan “penista agama” bagi seseorang yang mencela atau melecehan ajaran agama
tertentu adalah realitas sosial.
Terdapat dua
jenis realitas sosial, yaitu subjektif dan objektif. Realitas sosial subjektif
merupakan tafsir individu terhadap peristiwa atau fenomena sosial berdasarkan
nilai atau pengalaman pribadi, realitas sosial objektif merupakan fafsir
kolektif masyarakat terhadap peristiwa atau fenomena sosial, pada umunya
berdasarkan pada norma-norma sosial yang secara umum diterima oleh sebagian
besar warga masyarakat, atau hukum positif (aturan tertulis, misalnya
undang-undang).
Peristiwa
yang terjadi “seorang pemuda membawa lari pacarnya dan melakukan hubungan
intim”. Ketika orang tua dari pacar pemuda itu melaporkan hal tersebut kepada
polisi, maka polisi akan berusaha untuk menangkap keduanya karena dinilai
melanggar norma. Orangtua dan polisi menggunakan dasar realitas sosial objektif
atau peristiwa sosial tersebut. Namun, ketika pemuda tersebut menyatakan bahwa
hal tersebut dilakukan atas dasar suka sama suka maka yang terjadi adalah
realitas sosial subjektif atas peristiwa sosial.
Hyper Reality = Simulakra (Baudrillard)
Di tengah kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang pesat,
sehingga sering disebut revolusi elektronik, orang-orang dengan jarak geografik
yang saling jauh karena masing-masing tinggal di benua yang berbeda, dengan
mudahnya dapat saling bertukar informasi dan data. Hal ini antara lain
berdampak pada hilangnya realitas yang sebenarnya.
Orang-orang hidup di zaman simulasi, di mana realitas tidak hanya
diceritakan, direpresentasikan, dan disebarluaskan, tetapi dapat direkayasa,
dibuat, dan disimulasikan. Maka adalah realitas buatan, disebut simulakra.
Simulasi mengaburkan dan mengikis perbedaan antara yang nyata dengan
yang imajiner, yang benar dengan yang palsu. Keduanya dapat menjadi tampak
nyata. Proses simulasi inilah yang mendorong lahirnya term atau istilah hiper-realitas
atau realitas semu.
Realitas sosial tidak lagi (tidak hanya) dibangun berdasarkan
peristiwa-peristiwa yang benar-benar ada atau terjadi dalam masyarakat,
melainkan dapat direkayasa, dibuat, atau disimulasikan melalui konstruksi
kata-kata yang diceritakan, dipresentasikan, dan disebarluaskan melalui media
masa, baik cetak maupun (terutama) elektronik yang tidak lagi berwujud fisik
seperti majalah, koran, leaftlet, brosur, atau selebaran, melainkan gelombang
elektro-magnetik yang dapat tersebar menembus batas-batas fisik, politik,
maupun kebudayaan masyarakat.
Bagi Baudrillard, televisi (dapat/dan juga internet) merupakan
medan magnet di mana orang ditarik ke dalam sebuah kebudayaan. Televisi dan
internet merupakan semacam “black hole”
di alam semesta di mana orang jika berhasil memasukinya dapat berarti ia dapat
menembus dimensi waktu. Televisi dan internet merupakan jalan masuk orang-orang
ke realitas buatan yang disebutnya sebagai simulakra, di mana realitas yang ada
adalah realitas semu, realitas buatan, yang seoalah-olah adalah realitas yang
sebenarnya (hyper-reality).
Darimanakah kalian mengenal realitas sosial seperti terorisme di
Perancis, kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak Palestina, diskriminasi
terhadap orang-orang kulit hitam di Amerika, citra tentang Basuki Tjahaya
Purnama (Ahok), citra tentang Presiden Joko Widodo, Partai Keadilan Sejahtera,
dan seterusnya? Apakah tafsir Anda tentang hal-hal tersebut dibangun
berdasarkan peristiwa atau kejadian yang benar-benar ada dan Anda lihat? Atau
dari data dan informasi yang diceritakan, dipresentasikan, dan disebarluaskan
melalui media internet dan televisi?
d.
Fakta Sosial
Konsep atau
istilah ini secara awam dalam kehidupan sehari-hari juga sering diartikan sama
dengan peristiwa atau hal-hal yang ada dan terjadi dalam masyarakat. Dalam
sosiologi fakta sosial (sosial fact)
memiliki arti tersendiri, sebagaimana dikemukakan oleh Emmile Durkheim bahwa
fakta sosial adalah cara bertindak, berfikir, dan berperasaan yang berada di
luar individu namun memiliki kekuatan memaksa terhadap individu maupun kelompok
dalam masyarakat.
Fakta sosial
merupakan realitas sosial objektif di luar individu (bersifat eksterior) dan
berdaya menekan (constrain) terhadap
individu.
Fakta sosial
dapat berupa nilai-nilai sosial (material, vital, maupun kerohanian),
ketentuan-ketentuan hidup berupa norma-norma sosial (usage, folkways, mores, custom), agama, maupun hukum, dan dapat
berhubungan dengan struktur sosial maupun kebudayaan masyarakat, misalnya latar
belakang sukubangsa, ras, atau agama, jenis kelamin, kedudukan dalam
stratifikasi sosial, apakah merupakan bagian dari kelas bawah, menengah, atau
atas, berasal dari kalangan bangsawan atau orang biasa, dan seterusnya.
Coba
ingat-ingatlah ketika kalian masih kanak-kanak usia 2 atau 3 tahun. Suatu waktu
kalian diajak oleh orangtua kalian untuk datang ke acara resepsi pernikahan
saudara. Apakah kalian dibolehkan oleh orangtua Anda untuk ikut datang tanpa
mandi terlebih dahulu? Tanpa mengenakan pakain yang oleh kedua orangtua kalian
dinilai bagus? Haruskah kalian mengenakan alas kaki tertentu? Haruskah kalian
menyisir rambut dan mengoleskan wewangian pada pakaian sebelum berangkat?
Hal-hal itu adalah realitas objektif yang oleh Durkheim disebut sebagai fakta
sosial.
Macam-Macam
Gejal Sosial
1. Ekonomi
Ekonomi merupakan ilmu
pengetahuan yang berhubunga dengan pendapatan. Tingkat pendapatan yang dimiliki
individu dapat menimbulkan gejala sosial dimasyarakat. Gejala sosial yang
dilihat dari aspek ekonomi sangat berkaitan dengan perekonomian masyarakat. Bila
ada seseorang yang kurang dapat mencukupi kebutuhan, maka akan terjadi beberapa
gejala sosial dilingkungan sekitarnya. Dilihat dari segi ekonomi, gejala sosial
yang terjadi di masyarakat dapat meliputi kemiskinan, pengangguran, masalah
kependudukan dsb.
2. Budaya
Indonesia memiliki budaya yang
beraneka ragam sehingga kita harus saling menghormati budaya lain. Adanya
perbedaan jangan dijadikan sebagai alat pemecah persatuan, melainkan kita harus
bersyukur karena keanekaragaman tersebut dapat menambah kekhasan budaya
indonesia. Keanekaragaman budaya tidak hanya ada di Indonesia, tetapi setiap
negara juga memiliki budaya dengan karakteristik yang berbeda-beda. Kita juga
harus menghormati budaya asing. Keanekaragaman budaya di sekitar kita juga
dapat menimbulkan gejala sosial, misalnya tindakan peniruan budaya asing yang
negatif, kenakalan remaja dsb.
3. Lingkungan alam
Karakteristik gejala sosial dalam
bidang lingkungan alam menyangkut aspek kondisi kesehatan. Seseorang yang
terkena penyakit dapat menimbulka gejala sosial di lingkungannya sekitarnya.
Contoh gejala yang ditimbulkan seperti munculnya, penyakit menular, pencemaran
lingkunngan dsb.
4. Psikologis
Prilaku seseorang/individu dalam
kehidupan sehari-hari dipengaruhi oleh aspek psikologisnya. Bila seseorang
mengalami gangguan kejiwaan dapat menimbulkan gejala sosial dimasyarakat,
misalnya disorganisasi jiwa, aliran ajaran sesat dsb.
Contoh-Contoh
Gejala Sosial di Masyarakat
Gejala
sosial yang ada didalam masyarakat berawal dari adanya perubahan sosial. Setiap
masyarakat pasti mengalami perubahan di lingkungannya. Perubahan sosial
merupakan segala perubahan yang ada pada lembaga-lembaga kemasyarakat dan
dipengaruhi sistem sosial, nilai, sikap, serta pola prilaku di antara
kelompok-kelompok dalam masyarakat.
Perubahan
sosial dalam masyarakat dapat berdampak positif maupun negatif. Bagi masyarakat
yang tidak dapat menerima perubahan sosial maka akan terjadi masalah sosial.
Adapun contoh gejala sosial yang ada pada masyarakat.
1. Kemiskinan
Dalam sosiologi, kemiskinan
merupakan suatu gejala sosial yang sering kita jumpai dalam kehidupan
sehari-hari. Gejala sosial ini terjadi diberbagai negara di dunia termasuk
Indonesia. Kemiskinan dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
a.
Kemiskinan absolut, yaitu seseorang
atau sekelompok orang tidak dapat memenuhi kebutuhan minimum hidupnya.
b.
Kemiskinan relatif, yaitu seseorang atau sekelompok orang dapat
memenuhi kebutuhan minimum hidupnya, namun dirinya masih merasa miskin bila
dibandingakan dengan orang lain atau kelompok lain.
Kemiskinan dapat dikarenakan
tidak mampunya seseorang dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan primer. Namun dalam
sosiologi, salah satu faktor penyebab munculnya maslah tersebut karena lembaga
kemasyarakatan tidak berfungsi dengan baik, yaitu lembagakemasyarakatan
dibidang ekonomi. Permasalahan tersebut dapat menyebar kebidang lainnya,
seperti pendidikan, sosial, dsb.
2. Masalah remaja
Masa remaja adalah masa pencarian
jati diri sehingga banyak remaja yang meniru tingkah laku orang lain. Tindakan
remaja bila tidak terkontrol dapat menjadi suatu masalah sosial yang dapat
merugikan diri sendiri dan orang lain. Masalah remaja ini ditandai oleh
adanya keinginan untuk melawan ataupun
sikap apatis. Pada masa ini seharusnya mereka mengenal nilai dan norma-norma yang
berlaku dimasyarakat. Dengan mempelajari norma di masyarakat, diharapkan mereka
dapat berprilaku dan tidak melakukan perbuatan yang menyimpang. Prilaku
menyimpang yang dilakukan oleh remaja dapat beragam, sebagai contoh membolos,
mencontek, pelanggaran lalu lintas dan lain sebagainya.
3. Masalah kependudukan
Indonesia adalah negara dengan
tingkat kepadatan penduduk yang padat. Penduduk merupakan sumber penting bagi
pembangunan. Hal ini dikarenakan penduduk menjadi subjek dan obyek pembangunan.
Dengan adanya pembangunan dapat meningkatkan kesejahteraan penduduk disuatu
negara. kesejahteraan penduduk juga mengalami gangguan yang dipengaruhi oleh
perubahan demografis yang sering sekali tidak dirasakan. Masalah kependudukan
dapat berupa kepadatan penduduk, pemerataan penduduk yang tidak rata, ledakan
penduduk dsb.
Masalah-masalah diatas perlu
adanya penanggulangan, karena dapat mempengaruhi tingkat kesejahteraan
penduduk. Adapun beberapa cara untuk mengatasi permasalahan tersebut diantanya:
a.
Melalui program keluarga berencana
(KB)
b.
Transimigrasi,dan
c.
Mengatur pertumbuhan jumlah penduduk
Dampak
Gejala Sosial di Masyarakat
Terjadinya perubahan
sosial-budaya dimasyarakat merupakan salah satu akibat dari gejala sosial.
Dampak gejala sosial ada yang bersifat positif dan negatif.
1. Dampak positif
Gejala sosial yang ada di
masyarakat harus kita sikapi dengan baik. Bila kita dapat terbuka dan
mengimbangi perubahan sosial-budaya yang ada. Maka perubahan tersebut akan
berdampak positif dan memberikan kita mamfaat. Hal ini dapat dilihat dengan
kemajuan bidang tekhnologi. Dalam bidang tekhnologi kita mengenal tekhnologi
komunikasi, seperi telepon, handphone, telegram, email, dsb. Dengan adanya alat
komunikasi yang modern, maka, maka kita dapat melakukan interaksi jarak jauh
tanpa harus bertemu secara langsung.
2. Dampak negatif
Seseorang yang tidak dapat
menerima perubahan yang terjadi akan mengalami keguncangan culture shock.
Ketidak sanggupan seseorang dalam menghadapi gejala sosial akan membawa kearah
prilaku menyimpang.
Lampiran 2
Lembar Kegiatan Peserta Didik
LKS
#1 RAGAM GEJALA SOSIAL
SOSIOLOGI
TELOLET
Kerumunan anak-anak kecil –kadang juga
dewasa, bahkan orangtua, pernah juga pejabat pemda-- di pinggir jalan membawa papan kertas bertuliskan “ om
telolet om “ dan ditunjukkan ke arah bus yang melintas, berharap om sopir
membunyikan klakson bus. Ketika klason bus berbunyi, mereka menunjukkan
kegirangan dan suka cita sembari mengacungkan jempol tanda berterimakasih.
Konsep Sosiologi dari “Om Telolet Om” yang
dapat digunakan untuk fenomena ini adalah “kelangkaan” dan “pertukaran
sosial”. Tidak setiap sopir bus membunyikan klakson, tidak semua bus ada
teloletnya, menumbuhkan sistem harapan. Jika telolet dibunyikan, yang
terjadi adalah pertukaran sosial, hubungan yang saling menguatkan dan
bertukar apresiasi.
|
Kegiatan
A. Diskusi
kelompok!
1. Temukan definisinya melalui
kegiatan membaca buku sumber atau sumber online.
a. Peristiwa Sosial
b. Gejala Sosial dan Fenomena
Sosial
c. Realitas Sosial
d. Realitas Sosial Objektif
e. Realitas Sosial Subjektif
f. Simulakra (Hyper Reality)
g. Fakta Sosial
2. Hubungkan konsep-konsep
Sosiologis tersebut dengan peristiwa “om telolet om”
3. Temukan sebagai contoh
konsep-konsep tersebut pada peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan
sehari-hari masyarakat kita.
B. Setelah
kurang lebih 20 menit diskusi/kerja kelompok, akan ditentukan satu kelompok
yang mempresentasikan hasil kerjanya, kelompok/siswa lain memperhatikan dan
mengajukan pertanyaan, memberikan masukan atau usulan atau perbandingan dengan
hasil kerja kelompoknya.
LKPD.02
Kompetensi Dasar :
4.3 Mengaitkan realitas sosial dengan menggunakan konsep-konsep dasar
Sosiologi untuk mengenali berbagai gejala sosial di masyarakat
Indikator :
4.3.3 Menganalisis
macam-macam aspek gejala sosial
|
|
|
|
|
|
|
|
Amatilah
Gambar di atas!
Cobalah kalian
analisis bentuk-bentuk ragam sosial di atas, manakah yang termasuk fenomena
sosial dan gejala sosial. Serta deskripsikan gambar tersebut satu per satu
dan analisis!
|
JAWABAN
:
|
Nama
Kelompok:
1.
2.
3.
4.
5.
Nilai
Paraf
Guru
|
Komentar
Guru:
|
LAMPIRAN 3
INTRUMEN PENILAIAN
Nama Satuan pendidikan : SMA Negeri 1 Kramat
Tahun pelajaran : 2017/2018
Kelas/Semester : X / Semester 2
Mata Pelajaran : Sosiologi
1. Penilaian
Kompetensi Sikap
a. Sikap
yang menjadi fokus penilaian adalah sikap
jujur, disiplin, tanggungjawab, kerjasama, dan proaktif
b. Untuk
sikap akan dilihat peserta didik yang memiliki sikap yang sangat positif
terhadap kelima sikap di atas, dan hasilnya akan dicatat dalam jurnal sebagai
berikut;
TANGGAL
|
NO.
|
NAMA
|
CATATAN
PENTING SISWA
(Bisa
positif atau negatif)
|
KET.
|
|
1.
|
|
|
|
2.
|
|
|
|
|
3.
|
|
|
|
|
4.
|
|
|
|
|
Dst
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
c. Hasil penilaian sikap dalam jurnal
akan direkap dalam satu semester dan diserahkan ke wali kelas untuk
dipertimbangkan dalam penilaian sikap dalam rapor (menunjang penilaian sikap
dari guru PAI dan guru PPKN).
2. Penilaian
pengetahuan
Kisi- kisi Penilaian Kompetensi
Pengetahuan
No.
|
Indikator Soal
|
Bentuk Soal
|
Nomor Soal
|
1
|
Disajikan dekripsi tentang peristiwa sosial,
peserta didik dapat menentukan konsep sosiologi yang sesuai
|
PG
|
1
|
2
|
Peserta didik dapat menjelaskan tentang
gejala atau fenomena sosial
|
PG
|
2
|
3
|
Disajikan beberapa contoh peristiiwa sosial,
peserta didik dapat mengidentifikasi yang merupakan gejala/fenomena sosial
|
PG
|
3
|
4
|
Disajikan deskripsi tentang tenggapan
individu/kelomok tentang peristiwa sosial, peserta didik dapat menentukan
konsep sosiologi yang sesuai
|
PG
|
4
|
5
|
Disajikan beberapa pernyataan, peserta didik
dapat mengidentifikasi yang merupakan realitas sosial
|
PG
|
5
|
6
|
Disajikan ilustrasi tentang peristiwa sosial
tertentu, peserta didik dapat menyimpulkan sebagai konsep terentu dalam
sosiologi
|
PG
|
6
|
7
|
Disaajikan ilustrasi tentang peristiwa
sosial tertentu, peserta didik dapat menyimpulkan peristiwa tersebut
menggunakan konsep dasar sosiologi
|
PG
|
7
|
8
|
Peserta didik dapat menemukan faktor yang
menyebabkan munculnya hyper reality
|
PG
|
8
|
9
|
Peserta didik dapat menjelaskan apa yang
disebut durkheim sebagai fakta sosial
|
PG
|
9
|
10
|
Disajikan ilustrasi tentang fenomena sosial
tertentu, peserta didik dapat menentukan faktor yang mempengaruhi sesuai
dengan konsep dasar sosiologi
|
PG
|
10
|
Tes
Tertulis (Pengetahuan)
HOTS
|
1.
Istilah yang tepat
menurut konsep dasar Sosiologi untuk kejadian-kejadian yang terjadi dalam
kehidupan masyarakat adalah ….
A.
peristiwa sosial
B.
gejala sosial
C.
fenomena sosial
D.
fakta sosial
E.
realitas sosial
2.
Gejala atau fenomena
sosial menurut konsep dasar sosiologi merupakan ….
A.
semua peristiwa atau
hal yang terjadi dalam masyarakat
B.
peristiwa-peristiwa
alam yang terjadi, misalnya bencana alam
C.
peristiwa-peristiwa
dalam masyarakat yang tidak dikehendaki
D.
kejadian-kejadian
sosial yang berpola dan memiliki kontinyu
E.
proses-proses sosial
yang tidak umum terjadi dan bersifat patologis
3.
Perhatikan
peristiwa-peristiwa sosial berikut!
(1)
terjadi pertikaian
di antara dua pengendera motor yang bertabrakan sebuah tikungan jalan
(2)
Pak Santo
meninggalkan tempat kediamannya dari desa ke kota demi mendapatkan pekerjaan
(3)
Terjadi ledakan bom
bunuh diri di beberapa beberapa kota yang pelakunya ditengarai dari golongan
tertentu dalam masyarakat
(4)
Seiring dengan
meningkatnya kemakmuran terjadi peningkatan angka perceraian di sebuah
masyarakat
(5)
Beberapa keluarga
kehilangan tempat mencari nafkah karena penertiban wilayah
Di antara peristiwa-peristiwa di atas yang
merupakan gejala/fenomena sosial adalah ….
A. (1), (2), dan (3)
B. (1), (3), dan (4)
C. (2), (3), dan (4)
D. (2), (3), dan (5)
E. (3), (4), dan (5)
4.
Interpretasi atau
penafsiran orang atas peristiwa atau kejadian dalam kehidupan sehari-hari
menghasilkan ….
A.
realitas sosial
B.
fakta sosial
C.
gejala sosial
D.
fenomena sosial
E.
institusi sosial
5.
Perhatikan beberapa
pernyataan berikut!
(1) Sekelompok orang merusak bangunan kantor polisi
(2) Sejumlah orang berkumpul di halaman balai kota bernyanyi dan
(3) Masa anti-pemerintah bertindak anarkis meluluhlantakkan simbol
kekuasaan
(4) Masa pentang kebijakan wali kota melakukan aksi protes di
halaman balai kota
(5) Dua kelompok masa yang saling bertentangan memperebutkan
haknya menggunakan tempat ibadah
Pernyataan yang menunjukkan realitas sosial adalah ….
A.
(1), (2), dan (3)
B.
(2), (3), dan (4)
C.
(2), (3), dan (5)
D.
(2), (4), dan (5)
E.
(3), (4), dan (5)
6.
Sekelompok siswa
membolos dari pelajaran dan ketika ditanya oleh guru mereka menjawab bahwa
membolosnya mereka merupakan kesepakan bersama para siswa. Jawaban oleh siswa
demikian merupakan ….
A.
realitas sosial
objektif
B.
realitas sosial
subjektif
C.
gejala sosial
negative
D.
fenomena sosial
positif
E.
gejala asosiatif
8. Hyper
reality sebagaimana yang dikemukakan oleh John
Baudrillard
merupakan dampak dari ….
A. interaksi yang cenderung berlangsung primer
B. interaksi yang cenderung berlangsung sekunder
C. perkembangan teknologi dan industrialisasi
D. meluasnya pengaruh teknologi komunikasi dan informasi
E. jumlah penduduk yang cenderung semakin banyak
9. Realitas
sosial objektif yang bersifat eksternal dan memaksa oleh Durkheim
diistilahkan dengan ….
A. fakta sosial
B. realitas semu
C. peristiwa sosial
D. gejala sosial
E. fenomena sosial
10. Lia dibelajarkan
oleh orangtuanya untuk menyebut ibunya dengan sebutan “mama” sebagaimana
anak-anak lain yang berada di lingkungan tempat tinggalnya, di kompleks perumahan yang para warganya
menempati kelas sosial ekonomi menengah. Ilustrasi ini menggambarkan adanya
pengaruh dari … terhadap perilaku sosial warga masyarakat.
A. simulakra
B. fakta sosial
C. realitas sosial objektif
D. realitas sosial subjektif
E. hyper reality
|
||||||||||||||||||||
KUNCI JAWABAN
1. A
2. D
3. E
4. A
5. E
6. B
7. D
8. D
9. A
10. B
|
Pedoman penilaian:
Setiap jawaban benar diberi skor 1.
Skor maksimum 10.
4. Penilaian Ketrampilan
UNJUK KERJA (Hasil Diskusi)
Pekerjaan : Hasil
Dikusi/Makalah
Kriteria
|
Skor
|
Indikator
|
Penyampaian materi
|
90-100
|
Menunjukkan penguasaan materi presentasi
dengan sangat baik
|
80-89
|
Menunjukkan penguasaan materi presentasi dengan
baik
|
|
70-79
|
Menunjukkan penguasaan materi presentasi
dengan cukup baik
|
|
60-69
|
Menunjukkan penguasaan materi presentasi
dengan kurang baik
|
|
Bahasa yang digunakan
|
90-100
|
Penggunaan bahasa sangat mudah dipahami
|
80-89
|
Penggunaan bahasa mudah dipahami
|
|
70-79
|
Penggunaan bahasa cukup mudah dipahami
|
|
60-69
|
Penggunaan bahasa kurang mudah dipahami
|
|
Menjawab Pertanyaan
|
90-100
|
Mampu menjawab pertanyaan dengan benar dan
jelas
|
80-89
|
Mampu menjawab pertanyaan dengan benar
tetapi kurang jelas
|
|
70-79
|
Mampu menjawab pertanyaan dengan jelas
tetapi kurang benar
|
|
60-69
|
Kurang mampu menjawab pertanyaan dengan
benar dan jelas
|
|
Kemauan menghargai pendapat teman
|
90-100
|
Mampu menghargai dan mendengarkan pendapat
orang lain
|
80-89
|
Mampu menerima masukan orang lain tetapi
kurang mampu menunjukkan sikap menghargai saat siswa lain menyampaikan
pendapat
|
|
70-79
|
Mampu mendengarkan pendapat orang lain,
tetapi agak sulit menerima orang lain
|
|
60-69
|
Kurang mampu menghargai dan mendengarkan
pendapat orang lain
|
FORMAT INSTRUMEN PENILAIAN PRESENTASI HASIL KERJA
No
|
Nama
|
Aspek
Penilaian
|
Jumlah
skor
|
Nilai
|
|||
Penyampaian Materi
|
Bahasa yang Digunakan
|
Menjawab Pertanyaan
|
Mengemukakan Pendapat
|
||||
1.
|
|
|
|
|
|
|
|
2.
|
|
|
|
|
|
|
|
3.
|
|
|
|
|
|
|
|
4.
|
|
|
|
|
|
|
|
5.
|
|
|
|
|
|
|
|
6.
|
|
|
|
|
|
|
|
7.
|
|
|
|
|
|
|
|
8.
|
|
|
|
|
|
|
|
Keterangan
:
·
Nilai tugas = jumlah
skor : banyaknya kriteria
·
Kriteria penilaian
skala 100
90-100 = Sangat Baik
80-89 = Baik
70-79 = Cukup Baik
60-69 = Kurang Baik